NOAHS WISH — Pernahkah kamu bertanya-tanya, kenapa negara yang kaya raya sumber daya alam malah banyak rakyatnya yang masih kesusahan? Pertanyaan ini mungkin sering terlintas di kepala, terutama ketika kita melihat Indonesia dengan segudang potensi alamnya. Dari Sabang sampai Merauke, tanah kita ini benar-benar surga yang turun ke bumi. Tapi kenyataannya? Paradoks yang bikin geleng-geleng kepala.
Nah, di Hari Kesaktian Pancasila yang baru saja kita peringati, ada baiknya kita ngobrol santai tentang bagaimana sebenarnya Pancasila berperan dalam pengelolaan sumber daya alam kita. Bukan sekadar ceramah membosankan, tapi pembahasan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari kita semua.
Paradoks Indonesia: Kaya Tapi Kok Miskin?
Coba kita lihat fakta menarik ini. Indonesia punya hutan tropis terluas ketiga di dunia, cadangan mineral yang bikin negara lain iri, laut yang kaya akan ikan dan terumbu karang, belum lagi potensi energi terbarukan yang luar biasa. Tapi mengapa masih banyak daerah yang tertinggal? Mengapa bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor makin sering terjadi?
Ini bukan sekadar soal alam yang tidak berpihak. Lebih dari itu, ada yang salah dalam cara kita mengelola berkah Ilahi yang sudah dititipkan di tanah air kita.
Lemahnya Implementasi Pancasila: Akar Masalahnya
Randi Syafutra, aktivis dari WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) dan dosen di Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung, pernah menyoroti isu ini dengan tajam. Menurutnya, ada kesenjangan besar antara teori dan praktik. Pancasila yang seharusnya jadi penopang kebangsaan kita dalam mengelola SDA, malah sekadar jadi hafalan di bangku sekolah.
“Pancasila kok rasanya cuma ada di buku pelajaran PKn,” keluhan yang mungkin kamu juga pernah dengar atau bahkan rasakan sendiri.
Apa Sih yang Salah?
Mari kita bedah dengan perspektif Pancasila:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa Nilai spiritual dalam pengelolaan alam seharusnya mengingatkan kita bahwa sumber daya alam adalah amanah, bukan sekadar komoditas yang bisa dieksploitasi habis-habisan. Tapi realitanya? Banyak perusahaan yang mengeruk kekayaan alam tanpa memikirkan keberlanjutan lingkungan.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Prinsip ini mengajarkan bahwa setiap manusia berhak mendapat manfaat dari SDA. Tapi faktanya, masyarakat lokal seperti di Bangka Belitung sering kali jadi korban. Mereka kehilangan tanah, air bersih tercemar, dan lingkungan rusak karena aktivitas pertambangan. Di mana rasa kemanusiaannya?
3. Persatuan Indonesia Pengelolaan SDA yang tidak merata bisa memicu perpecahan. Daerah kaya tambang malah tertinggal pembangunannya. Ini mencederai nilai persatuan yang kita junjung tinggi.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Nah, ini yang paling krusial! Nilai kerakyatan seharusnya menempatkan kepentingan rakyat banyak di atas segalanya. Bukan segelintir elite yang untung besar, sementara rakyat cuma kebagian debu dan polusi.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Masih ada rakyat yang kelaparan di negara yang kaya pangan. Masih ada anak-anak putus sekolah di daerah tambang yang menghasilkan miliaran rupiah. Ini jelas melanggar sila kelima Pancasila.
Bangka Belitung: Studi Kasus yang Bikin Miris
Ambil contoh Bangka Belitung. Provinsi ini terkenal dengan tambang timbahnya yang melegenda. Tapi di balik kilau logam putih itu, ada cerita kelam yang jarang terdengar.
Data dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan bahwa aktivitas pertambangan telah menyebabkan:
- Ribuan lubang bekas tambang (kolong) yang berbahaya
- Pencemaran air tanah dan sungai
- Kerusakan ekosistem pesisir
- Meningkatnya risiko bencana hidrometeorologi
Ironis, kan? Daerah yang seharusnya makmur justru menghadapi ancaman lingkungan yang serius.
Prabowo-Subianto dan Harapan Baru Politik Lingkungan
Dengan kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto yang baru, banyak orang berharap ada perubahan signifikan dalam politik pengelolaan SDA. Pertanyaannya: apakah ada political will untuk benar-benar mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan ekonomi dan lingkungan?
Pemerintahan baru perlu memperhatikan beberapa hal krusial:
1. Reformasi Kurikulum Pendidikan
Pancasila jangan cuma diajarkan sebagai teori. Kurikulum harus mengintegrasikan praktik nyata bagaimana nilai-nilai Pancasila diterapkan dalam kehidupan, termasuk dalam pengelolaan lingkungan.
2. Penguatan Moral Kebangsaan
Kita butuh pemimpin dan masyarakat yang punya integritas, yang nggak gampang tergoda korupsi dan eksploitasi alam demi keuntungan sesaat.
3. Kebijakan Berbasis Kerakyatan
Setiap izin tambang, perkebunan, atau proyek infrastruktur harus mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat lokal. Jangan sampai rakyat malah tersingkir dari tanah leluhur mereka sendiri.
Kerangka Pancasila untuk Solusi Konkret
Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Berikut beberapa langkah praktis yang bisa dimulai:
Untuk Pemerintah:
- Perkuat regulasi dan pengawasan pengelolaan SDA
- Terapkan sistem benefit sharing yang adil untuk masyarakat lokal
- Prioritaskan rehabilitasi lahan-lahan rusak
- Integrasikan nilai-nilai Pancasila dalam setiap kebijakan politik dan ekonomi
Untuk Masyarakat:
- Tingkatkan awareness tentang pentingnya menjaga lingkungan
- Ikut serta dalam pengawasan proyek-proyek yang berdampak lingkungan
- Dukung produk lokal yang ramah lingkungan
- Bangun komunitas peduli lingkungan di daerah masing-masing
Untuk Generasi Muda:
- Pahami dan internalisasi nilai-nilai Pancasila, bukan sekadar hafalan
- Jadilah agen perubahan di lingkungan sekitar
- Manfaatkan media sosial untuk kampanye lingkungan
- Pilih karir yang berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan
Penyebab Utama: Mengapa Kita Masih Stuck?
Kalau kita jujur, ada beberapa penyebab yang membuat implementasi Pancasila dalam pengelolaan SDA masih jauh dari ideal:
1. Orientasi Ekonomi Jangka Pendek Mengejar pertumbuhan ekonomi dengan mengorbankan keberlanjutan lingkungan. Target-target ekonomi sering kali mengabaikan aspek ekologi dan sosial.
2. Korupsi dan Kolusi Izin-izin eksploitasi SDA sering kali diwarnai praktik korupsi. Uang bicara lebih keras daripada kepentingan rakyat dan lingkungan.
3. Lemahnya Penegakan Hukum Banyak perusahaan yang melanggar aturan lingkungan tapi sanksinya ringan atau bahkan lolos begitu saja.
4. Kurangnya Partisipasi Masyarakat Masyarakat sering kali tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada lingkungan mereka.
Bencana Hidrometeorologi: Warning dari Alam
Data dari BNPB menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan kekeringan terus meningkat. Ini bukan sekadar akibat perubahan iklim global, tapi juga hasil dari kerusakan lingkungan yang kita buat sendiri.
Deforestasi, penambangan ilegal, dan alih fungsi lahan telah mengganggu keseimbangan ekosistem. Akibatnya, ketika hujan deras turun, tidak ada lagi hutan yang menahan air. Tanah longsor, banjir bandang, dan berbagai bencana lainnya jadi konsekuensi yang harus kita tanggung.
Kolom Refleksi: Saatnya Introspeksi Bersama
Ini bukan cuma soal pemerintah atau pengusaha. Kita semua punya tanggung jawab. Setiap kali kita buang sampah sembarangan, setiap kali kita boros listrik dan air, setiap kali kita mendukung produk yang merusak lingkungan, kita turut berkontribusi pada masalah ini.
Pancasila bukan sekadar ideologi negara. Dia adalah panduan hidup yang lengkap, termasuk bagaimana kita seharusnya berinteraksi dengan alam. Ketika kita menerapkan nilai-nilai Pancasila dengan konsisten, ekonomi kita akan tumbuh berkelanjutan, masyarakat lebih sejahtera, dan lingkungan terjaga.
Langkah Nyata yang Bisa Kamu Mulai Hari Ini
Nggak perlu muluk-muluk. Perubahan besar dimulai dari hal-hal kecil:
- Kurangi penggunaan plastik sekali pakai Bawa tas belanja sendiri, pakai tumbler, dan hindari sedotan plastik.
- Hemat energi dan air Matikan lampu saat tidak digunakan, perbaiki keran yang bocor.
- Dukung produk lokal dan ramah lingkungan Pilih produk yang proses produksinya tidak merusak alam.
- Ikut serta dalam kegiatan pelestarian lingkungan Tanam pohon, bersih-bersih sungai, atau join komunitas peduli lingkungan.
- Edukasi orang sekitar Share informasi tentang pentingnya menjaga lingkungan ke teman dan keluarga.
- Gunakan hak pilih dengan bijak Pilih pemimpin yang punya visi jelas tentang pelestarian lingkungan.
Pesan Untuk Presiden Prabowo: Harapan Rakyat
Pak Presiden Prabowo Subianto yang terhormat, rakyat Indonesia menaruh harapan besar pada kepemimpinan Anda. Kami berharap ada kebijakan tegas yang:
- Menghentikan eksploitasi SDA yang merusak
- Memberikan sanksi berat bagi pelanggar lingkungan
- Memprioritaskan kesejahteraan masyarakat lokal
- Mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam setiap kebijakan
Pancasila bukan hanya simbol. Dia adalah jiwa bangsa yang harus hidup dalam setiap kebijakan politik, ekonomi, dan lingkungan.
Kesimpulan: Kembali ke Jati Diri Bangsa
Pengelolaan sumber daya alam dalam perspektif Pancasila bukan sekadar wacana akademis. Ini tentang masa depan Indonesia, tentang warisan yang akan kita tinggalkan untuk anak cucu kita.
Kekayaan alam Indonesia adalah berkah yang luar biasa. Tapi berkah itu bisa jadi kutukan kalau kita tidak mengelolanya dengan bijak. Saatnya kita kembali ke jati diri bangsa, mengimplementasikan nilai kerakyatan, persatuan, dan keadilan sosial dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam pengelolaan SDA.
Lemahnya implementasi Pancasila selama ini telah membawa kita pada berbagai masalah lingkungan dan sosial. Sudah waktunya kita berubah. Mulai dari diri sendiri, dari keluarga, dari komunitas, hingga kebijakan nasional.
Ingat, alam tidak butuh kita. Kita yang butuh alam. Jadi, mari kita jaga titipan Ilahi ini dengan sepenuh hati, dengan landasan nilai-nilai Pancasila yang kuat, demi Indonesia yang lebih baik, lebih adil, dan lebih lestari.
Bagaimana menurutmu? Sudah siap jadi bagian dari perubahan? Yuk, mulai dari sekarang! 🌱🇮🇩
Catatan Penulis: Artikel ini ditulis berdasarkan analisis mendalam terhadap isu pengelolaan sumber daya alam Indonesia dengan kerangka Pancasila, mengacu pada data dari BNPB, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta pandangan para ahli termasuk dari WALHI dan akademisi Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung.
SUMBER NEWS.DETIK.COM : Pancasila dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam